You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Logo Desa Petiga
Logo Desa Petiga
Petiga

Kec. Marga, Kab. TABANAN, Provinsi Bali

Pura Toya Bubuh: Pesona Wisata Religi di Desa Agropolitan Petiga

Administrator 10 September 2025 Dibaca 53 Kali
Pura Toya Bubuh: Pesona Wisata Religi di Desa Agropolitan Petiga

Desa Petiga yang berada di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali, dikenal dengan julukan Agropolitan Tanaman Hias. Sebagian besar warganya menggeluti bisnis tanaman hias, sehingga suasana desa tampak asri, hijau, dan tertata rapi. Tiga dusun utama di desa ini, yaitu Petiga Blanban, Petiga Kangin, dan Petiga Semingan, mayoritas penduduknya menggantungkan hidup pada usaha tanaman hias. Namun, selain terkenal dengan tanaman hiasnya, Desa Petiga juga menyimpan potensi wisata religi yang menarik, yakni Pura Toya Bubuh.Desa Petiga yang berada di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali, dikenal dengan julukan Agropolitan Tanaman Hias. Sebagian besar warganya menggeluti bisnis tanaman hias, sehingga suasana desa tampak asri, hijau, dan tertata rapi. Tiga dusun utama di desa ini, yaitu Petiga Blanban, Petiga Kangin, dan Petiga Semingan, mayoritas penduduknya menggantungkan hidup pada usaha tanaman hias. Namun, selain terkenal dengan tanaman hiasnya, Desa Petiga juga menyimpan potensi wisata religi yang menarik, yakni Pura Toya Bubuh.

Pura Toya Bubuh yang berada di wilayah Banjar Petiga Kangin bukan hanya menjadi tempat persembahyangan umat Hindu, tetapi juga memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual yang tinggi. Awal mula munculnya nama Toya Bubuh berawal dari kisah leluhur Jro mangku Santika yang hidup pada masa penjajahan Belanda. Kala itu leluhur Ibu Mangku berusaha melarikan diri dari kejaran tentara kolonial. Ketika menghadapi derasnya aliran Sungai Yeh Sungi yang sulit diseberangi, ia berdoa agar diberikan jalan keselamatan. Doanya dikabulkan dengan munculnya sebuah kayu besar yang membentuk jembatan alami. Ia pun berhasil menyeberang dan bersembunyi di balik sebuah batu. Setelah itu, batu tersebut menghilang dan diyakini berubah menjadi ikan sidat. Sejak saat itu, warga Desa Petiga pantang mengonsumsi ikan sidat sebagai bentuk penghormatan terhadap kisah leluhur tersebut.Pura Toya Bubuh yang berada di wilayah Banjar Petiga Kangin bukan hanya menjadi tempat persembahyangan umat Hindu, tetapi juga memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual yang tinggi. Awal mula munculnya nama Toya Bubuh berawal dari kisah leluhur Jro mangku Santika yang hidup pada masa penjajahan Belanda. Kala itu leluhur Ibu Mangku berusaha melarikan diri dari kejaran tentara kolonial. Ketika menghadapi derasnya aliran Sungai Yeh Sungi yang sulit diseberangi, ia berdoa agar diberikan jalan keselamatan. Doanya dikabulkan dengan munculnya sebuah kayu besar yang membentuk jembatan alami. Ia pun berhasil menyeberang dan bersembunyi di balik sebuah batu. Setelah itu, batu tersebut menghilang dan diyakini berubah menjadi ikan sidat. Sejak saat itu, warga Desa Petiga pantang mengonsumsi ikan sidat sebagai bentuk penghormatan terhadap kisah leluhur tersebut.

Selain legenda ikan sidat, di Pura Toya Bubuh juga terdapat simbol penjaga atau perencangan berupa monyet, anjing, dan ular yang menambah nuansa mistis pura ini. Nama Toya Bubuh sendiri lahir dari kisah leluhur yang sempat membuat bubur di dekat sungai, sehingga jejak perjalanan spiritual itu terabadikan dalam nama pura. Keunikan lain yang menjadi daya tarik Pura Toya Bubuh adalah adanya mata air suci yang muncul di tengah goa. Mata air ini dipercaya sebagai sumber kesucian yang mampu memberikan pembersihan diri secara spiritual. Ikan-ikan yang hidup di mata air, terutama sidat, dihormati dan tidak pernah disentuh sebagai bahan konsumsi.Selain legenda ikan sidat, di Pura Toya Bubuh juga terdapat simbol penjaga atau perencangan berupa monyet, anjing, dan ular yang menambah nuansa mistis pura ini. Nama Toya Bubuh sendiri lahir dari kisah leluhur yang sempat membuat bubur di dekat sungai, sehingga jejak perjalanan spiritual itu terabadikan dalam nama pura. Keunikan lain yang menjadi daya tarik Pura Toya Bubuh adalah adanya mata air suci yang muncul di tengah goa. Mata air ini dipercaya sebagai sumber kesucian yang mampu memberikan pembersihan diri secara spiritual. Ikan-ikan yang hidup di mata air, terutama sidat, dihormati dan tidak pernah disentuh sebagai bahan konsumsi.

Setiap perayaan rainan Kuningan, Pura Toya Bubuh selalu ramai dengan umat yang tangkil, tidak hanya dari Desa Petiga, tetapi juga dari berbagai daerah seperti Karangasem, Buleleng, hingga Denpasar. Mereka percaya bahwa dengan berdoa dan melakukan pembersihan diri di pura ini, doa-doa mereka akan dikabulkan, baik untuk memperoleh jodoh, kesembuhan dari penyakit, keharmonisan keluarga, keturunan, maupun kesuksesan dalam usaha.Setiap perayaan rainan Kuningan, Pura Toya Bubuh selalu ramai dengan umat yang tangkil, tidak hanya dari Desa Petiga, tetapi juga dari berbagai daerah seperti Karangasem, Buleleng, hingga Denpasar. Mereka percaya bahwa dengan berdoa dan melakukan pembersihan diri di pura ini, doa-doa mereka akan dikabulkan, baik untuk memperoleh jodoh, kesembuhan dari penyakit, keharmonisan keluarga, keturunan, maupun kesuksesan dalam usaha.

Dengan kekayaan sejarah, legenda, dan tradisi yang masih terjaga, Pura Toya Bubuh menyimpan potensi besar sebagai destinasi wisata religi dan budaya di Kabupaten Tabanan. Keindahan serta kisah yang melekat padanya dapat semakin dikenal melalui berbagai cara, misalnya lewat konten digital seperti video dokumenter, website desa wisata, atau media sosial yang menampilkan daya tarik pura ini. Di kawasan pura, kisah asal-usul ikan sidat dan makna nama Toya Bubuh bisa dihadirkan melalui papan informasi yang menambah pengalaman pengunjung. Suasana lingkungan yang bersih serta akses jalan yang nyaman juga menjadi bagian dari pesona yang dapat memperkuat kesan baik bagi siapa saja yang berkunjung.Dengan kekayaan sejarah, legenda, dan tradisi yang masih terjaga, Pura Toya Bubuh menyimpan potensi besar sebagai destinasi wisata religi dan budaya di Kabupaten Tabanan. Keindahan serta kisah yang melekat padanya dapat semakin dikenal melalui berbagai cara, misalnya lewat konten digital seperti video dokumenter, website desa wisata, atau media sosial yang menampilkan daya tarik pura ini. Di kawasan pura, kisah asal-usul ikan sidat dan makna nama Toya Bubuh bisa dihadirkan melalui papan informasi yang menambah pengalaman pengunjung. Suasana lingkungan yang bersih serta akses jalan yang nyaman juga menjadi bagian dari pesona yang dapat memperkuat kesan baik bagi siapa saja yang berkunjung. Dengan pengelolaan yang baik dan dukungan dari masyarakat, Pura Toya Bubuh berpeluang menjadi ikon wisata religi Desa Petiga, yang tidak hanya menguatkan identitas budaya dan spiritual warga, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi perkembangan pariwisata di Kabupaten Tabanan.Dengan pengelolaan yang baik dan dukungan dari masyarakat, Pura Toya Bubuh berpeluang menjadi ikon wisata religi Desa Petiga, yang tidak hanya menguatkan identitas budaya dan spiritual warga, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi perkembangan pariwisata di Kabupaten Tabanan.

Bagikan Artikel Ini
Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image

APBDes 2025 Pelaksanaan

APBDes 2025 Pendapatan

APBDes 2025 Pembelanjaan